05 August, 2016

Roti Cokelat di DPRD

Hari ke lima di bulan Agustus.
Hari ke lima di atmosfer kerja baru.
Hari ke lima di pekerjaan baru.

Akumulasi dari idle-nya gw beberapa hari ini menghasilkan satu tugas baru; kemarin disuruh atasan untuk menggantikan beliau untuk hadir di rapat Paripurna DPR Daerah. HAHAHAHAHA! Ya sih, kepikirannya kayak apa banget kan ya. Dateng untuk hadir di rapat DPRD. Ruang dan suasana megah dengan acara yang khidmat dan bertemu berbagai macam jenis dan rupa politikus. Kenyataannya?

Gw dateng on time bro! Habisnya di kantor lagi ga ada kerjaan, sih ya. So bergegas lah ke DPRD belagak jadi seseorang yang tepat waktu pula kita. Dan layaknya kebiasaan orang Indonesia yang susah hilang, sih, rapat baru dimulai jam 09:50 WIB. Molor lima puluh menit. Lalu kerjaan gw? Cuma duduk diem sambil ngemut-ngemut roti cokelat sambil denger pembukaan oleh Bupati yang suaranya kayak Optimus Prime di kuping gw. Sound system-nya ga cihuy. So kaga tau dah si Pak Bup ngomong apa.

Dan dari hampir enam puluh menit pembukaan oleh si Bupati dimana kosakata yang gw paham cuma kata APBD, sesaat kemudian rapat usai. Atau dipending, karena ishoma. Teuing sumpah. Udah lah molor sejam, pembukaannya sejam, lalu bubar jalan. Anying pisan.. Ga lagi gw hadir untuk rapat siang. Mending balik ke kosan untuk nonton Upin Ipin. Dan berharap buat ga usah balik ke kantor sampe besok paginya.

Kelamaan gabut ga enak juga, ya kan?

02 August, 2016

218,1 km

By the time I'm writing this, it's not only second day of August, but also been the second day at my new office. Different city. Different people. Different job. Different salary.

Why/how?

Gw juga kaga tau, tiba-tiba pertengahan bulan lalu saat lagi gegoleran di musholla, bertubi-tubi datangnya notifikasi chat Whatsapp dan Telegram. Temen-temen bilang, gw dapat promosi. Bergegas gw melihat inbox email kantor. And yeah, they're not bluffing.

Yang mereka ga bilang adalah, promosinya gw ke kantor di daerah yang berjarak 218,1 km dari Palembang. Five hours traveling by road. Buat sesaat (satuan hari) gw nge-blank. Stress. Dan bingung mau apa/gimana. Sembari masih mengerjakan pekerjaan yang lama (karena promosi tersebut efektif dari satu Agustus/kemarin), pikiran gw bercabang dan gampang terdistraksi. Selera makan gw drop, sampe datang bulan gw aja telat dua minggu. The will to take the job wasn't 100%. Setengah bagian otak gw menolak promosi tersebut, setengahnya malah berpikir sebaliknya. Beban yang memberatkan adalah fakta bahwa gw pindah kantor, yang jaraknya makin jauh dari Palembang, makin jauh dari bandara, makin jauh dari rumah. Dan dari sekian employee yang memenuhi kualifikasi, kenapa musti gw yang ditarok disana? The hell, man?

And keeps me wonder, sampai gw menulis postingan ini, dan akan selalu menjadi statement retoris bagi diri gw sendiri; betapa nasip pekerjaan kita sangat bergantung dari sekelompok orang-orang yang diberi label "atasan/bos" dan betapa kampretnya kadang lobi-melobi menentukan masa depan. Gw merasa jijik.

Yet here I am. 218.1 km away from Palembang. Bahkan gak terhitung lagi jaraknya dari rumah.


Pffttt...