Kecanggihan media komunikasi sekarang udah mampu mendekatkan jarak dan meniadakan batasan citra dan suara, salah satunya dengan lahirnya aplikasi Whatsapp, sodara-sodara gue udah pada punya smartphone, bahkan nyokap gue udah bisa mengoperasikan ponsel pintar sendiri secara pelan tapi pasti. Dan akhirnya, keluarga besar nenek gue pun punya Whatsapp Group Chat sendiri. Asoy! Dan yang namanya sekumpulan orang-orang mah ya, yang saling bicara menggunakan ketukan kiped enpon, pasti muncul konflik atau salah paham alias salah persepsi, dan salah satu nya masih anget baru diangkat dari kompor kejadian kemaren.
Alkisah beberapa orang keluarga gue minggu ini lagi ada di Semarang, di acara nikahannya sepupu sekaligus frenemy gue si Udin, yang kecantol cewek Semarang trus nikah dan resepsiannya hari Senin yang mana gue pasti engga bisa dateng, kan, Din. Selesai resepsi dan jalan-jalan naik delman ku duduk di muka berkeliling kota Semarang, tadi malem (Selasa) rombongan kembali bertolak menuju Jakarta, sebagian menggunakan kereta api, beberapa menggunakan pesawat. Semua kegiatan mereka terinci dengan detail disertai dokumentasi diunggah di grup chat, jadi orang kayak gue yang kaga bisa ikutan cuma bisa scroll-scroll aja sambil mesem-mesem.
Semalem, sejak matahari tenggelam, si kakak gue yang paling gede udah eksis banget di grup chat ngabsenin orang satu-satu, nanya udah berangkat belum, udah sampe mana, pipisnya lancar, suaranya mana, hingga semua yang otw melaporkan status sudah landing bandara Jakarta atau Stasiun Gambir dan Senen. Entah bagaimana deal-dealan mereka sebelumnya, jam sembilan tiga puluh malem si kakak gue nomor dua ngasi tau kalo rombongan udah sampe di rumah dia di Jakarta Barat.
Here's the doomed thing.
Si kakak gue nomer satu sewot, dong. Dia lebih kurang ngomong kayak gini: "kalo emang mau ke rumah di Jakarta Barat kok ga ngasi tau dari awal, jadi gua kan ga perlu nunggu lama dari tadi (et dah), kalo gini mah kayak becandain gua aja kan namanya. Ga usah aja dah ke rumah gua kalo gitu." Sepertinya ada kesepakatan yang dilanggar, LOL. Mungkin nih, mereka sepakat mao ke rumah si kakak paling tuak di Ciputat itu begitu sampai Jakarta, atau sekalian untuk stay disana atau sejenisnya. Lantas gue, kayak kerasukan apa, malah reply chat dia dan bilang "Lah besok kan masih ada waktu. Pada kecapekan kan pulang jalan jauh. Istirahat aja dulu, besok maen-maen lagi". Gue emang ga biasa-biasanya ngomen di grup chat. Males aja. Udah hobi silent reader, kecuali kalo memang urgent sih. Tau-tau si kakak gue tercinta ini balas sewotin gue, bilang "Ga usah hibur gue, deh."
DANG, SIST!
I literally laughed hard at dat moment. Banyak draft balasan chat yang bersliweran di kepala gue kala itu, tapi gue cuma bilang "ya udah sih, aku tidur duluan ya dadahh." Yang sebenernya gue masih melek abis, karena penasaran kelanjutan drama keluarga ini gimana. Dan yep, yang lain pada gantian komen baek-baekin si kakak gue ini bilang faktor macet lah, hujan, mau ambil barang dulu ke Jakbar sana, dan mereka akhirnya bener-bener ke rumah si kakak gue ini bela-belain tadi malam karena sepupu gue yang laen ngelapor status "otw Ciputat" pada jam sepuluh tiga puluh. HOLY SMOKE!
Abis itu gue kayak speechless gitu. Dan kejadian ini bikin gue kayak throwback ke diri gue beberapa tahun yang lalu, dengan segala keegoisan yang gue punya hingga kadang mengorbankan keluarga dan temen-temen terdekat. Lalu egocentrics itu mengklimaks, meluap-meluap hingga tumpah ruah dan selanjutnya gue merasa kosong. Antiklimaksnya, ya gue yang sekarang. Less selfish indeed, that I can brag about. Saat keegoisan gue masih eksis, dan itu melibatkan keluarga gue, mereka tetap menuruti mau apa mau gue. Sedikit perdebatan sudah pasti, namun sudah jelas gue pemenangnya. Still, they loved me for who I was, and that feeling still going on strong until today.
Dan gue bersyukur kemarin tidak berkomentar terlalu jauh terhadap sikap kekanak-kanakan kakak gue itu. Karena gue sebagai adiknya, juga pernah berlaku sama terhadap dia dan sodara-sodara gue yang lain. Dan menjadi dewasa bukan berarti kita harus selalu menerima keadaan, memaklumi akan hal, tanpa pernah menyampaikan ketidak sukaan, tanpa pernah menginginkan sesuatu secara eksplisit.
❤❤❤ |
PS:
I just wanted to share this story as one lesson to learn, also as reminder for my self.
Keep peace, love and gawl~