Begini begini, gue udah punya banyak ponakan loh. Baru lahir ke dunia aja udah langsung jadi tante *benerin kerah baju*. Etapi ponakan kandung yang gw punya baru 7 orang sih; tiga orang cowok dan empat orang cewek. Hasrat pengen bikin tulisan ini muncul setelah ketemu dengan mereka di moment Ied kemarin. They've grown up. Karena enam orang diantara mereka tinggal di luar kota, jadi setiap pertemuan dengan mereka itu memberikan sesuatu yang berbeda. Yah, sesuatu banget :3
Ponakan gw yang pertama, seorang perempuan, inisial U. Anak pertama dari kakak cowok tertua gw, yang lahir waktu gw berumur 8 tahun. Udah masuk kuliah, tanggal 3 kemaren dia ditemenin ama bokapnya ke Malaysia untuk mengurus prosedur pendaftaran ulang dan segala sesuatu yang diperlukan. Udah ABeGeh, dan yap, udah punya akun tuit juga loh, hohoho eksisss. Kita udah saling follow-followan dan sometimes ngakak sendiri baca tuit-tuit galau dia *dilempar kaca berjamaah*. Kadang-kadang kalo mikirin dia yang udah mau kuliah ini menampar gw dengan kenyataan "Oh my, I'm growing old!"
Adiknya, adalah ponakan gw tertua kedua, inisial A. Alhamdulillah yah, sekarang lagi menuntut ilmu di Pondok Pesantrennya Ustad Yusuf Mansyur. Hopefully would be good for him, karena waktu SMP dulu dia agak introvert. Dan seperti remaja cowok kebanyakan, di kamarnya ada robot-robot sejenis Gundam, majalah game, PS, dan PSP. Semoga kamu menjadi remaja yang berbakti pada nusa bangsa ya, nak. Eh iya, dinding kamarnya dicat biru bernuansa laut, bikin gw mupeng. Adem soalnya :D
Lalu ponakan gw yang ketiga, inisial M. Gw saksi mata perkembangan dia dari lahir, ya karena dia dan ortunya tinggal bareng gw. Usianya 11 tahun, namun sikap dan caranya bergaul dengan teman-temannya tidak mencerminkan umurnya. Gw bisa mengerti, karena melihat hidup dan pergerakannya sehari-hari yang tak pernah jauh dari induknya. Pola makan, pole pergaulan, pola tata bicara, pola tontonan, udah orang dewasa banget. Somehow, gw jadi kurang sreg sama M. Dewasa sebelum waktunya. Kalo gw menyebutnya; terlalu bijak. Jadi makin diperhatiin makin menjengkelkan. But hey, she's just a kid. A very jenius imitator. Jika dia seperti itu, maka gw harus berkaca dan melihat ke diri gw sendiri, seberapa besar pengaruh diri gw terhadap perkembangan pribadinya. *tepok jidat*
Lalu ada R, ponakan cowok gw adeknya si U dan A. Ana bontot dan manja, hahahaha biasa sih. Baru masuk SD. Lumayan dekat ama gw, walo ketika TK nauzubillah nakalnya ampe gw habis ditabok-tabokin karena alasan ga jelas. Pokoknya liat gw mau nabok aja bawaannya -___-" But somehow keakraban bisa muncul dari hal-hal menyakitkan seperti itu, dan terbukti!:D
Kemudian si S, anak tunggal dari sodara gw yang lain. Setahun lebih muda dari M, also a very jenius imitator, dan juga bawel kayak emaknya, hahaha. Karena emaknya sering mudik, otomatis kami jadi sering bertemu, dia selalu bertemankan si M, dan selalu "cari ribut" ama gw, hahahahah. Bawelnya Subhanallah, pasti dapet dari gw ato emaknya nih -___-" Penggemar berat tombak bawang, brokoli dan pensi (kerang kecil2 yang direbus dan diberi bumbu). Makanan yang unik untuk anak seumuran dia :D
Lalu ada dua ponakan yang sangat amat jarang gw bisa temui. So sad, tapi mau gimana lagi. Pasangan ponakan gw ini tinggal bersama ibunya di Jawa dan sangat jarang sekali bisa mengunjungi kamu terkendala biaya transportasi yang mahal. Jadi untuk menghilangkan kerinduan, Ibu mereka sering mengirimkan poto-poto mereka. One more thing that also made me sad was the fact that they speak Javanese more fluently that Bahasa or Minangnese. Haruskah gw belajar bahasa Jawa dulu untuk bisa berkomunikasi dengan mereka?
Ah well, itu ponakan-ponakan gw. Pintar, bodoh, nakal, penurut, bawel, menjengkelkan, atau apapun sifatnya, mereka masih anak-anak. Peniru ulung. Jadi ingatlah jika ingin memarahi mereka karena sesuatu, pikirkan kembali darimana dan bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. Sekali perkataan kasar terucap, tindakan kasar terlaksana, tak akan bisa ditarik, tak bisa di-undo, dan bisa saja tindakan itu mendorong masa depan anak-anak itu lebih dekat ke arah kesuraman.
Astaga gw lupaa! Ini postingan pertama gw setelah lebaran.
Selamat Idul Fitri temans! Maaf lahir batin yahh *ciyum satu-satu* :D
Ponakan gw yang pertama, seorang perempuan, inisial U. Anak pertama dari kakak cowok tertua gw, yang lahir waktu gw berumur 8 tahun. Udah masuk kuliah, tanggal 3 kemaren dia ditemenin ama bokapnya ke Malaysia untuk mengurus prosedur pendaftaran ulang dan segala sesuatu yang diperlukan. Udah ABeGeh, dan yap, udah punya akun tuit juga loh, hohoho eksisss. Kita udah saling follow-followan dan sometimes ngakak sendiri baca tuit-tuit galau dia *dilempar kaca berjamaah*. Kadang-kadang kalo mikirin dia yang udah mau kuliah ini menampar gw dengan kenyataan "Oh my, I'm growing old!"
Adiknya, adalah ponakan gw tertua kedua, inisial A. Alhamdulillah yah, sekarang lagi menuntut ilmu di Pondok Pesantrennya Ustad Yusuf Mansyur. Hopefully would be good for him, karena waktu SMP dulu dia agak introvert. Dan seperti remaja cowok kebanyakan, di kamarnya ada robot-robot sejenis Gundam, majalah game, PS, dan PSP. Semoga kamu menjadi remaja yang berbakti pada nusa bangsa ya, nak. Eh iya, dinding kamarnya dicat biru bernuansa laut, bikin gw mupeng. Adem soalnya :D
Lalu ponakan gw yang ketiga, inisial M. Gw saksi mata perkembangan dia dari lahir, ya karena dia dan ortunya tinggal bareng gw. Usianya 11 tahun, namun sikap dan caranya bergaul dengan teman-temannya tidak mencerminkan umurnya. Gw bisa mengerti, karena melihat hidup dan pergerakannya sehari-hari yang tak pernah jauh dari induknya. Pola makan, pole pergaulan, pola tata bicara, pola tontonan, udah orang dewasa banget. Somehow, gw jadi kurang sreg sama M. Dewasa sebelum waktunya. Kalo gw menyebutnya; terlalu bijak. Jadi makin diperhatiin makin menjengkelkan. But hey, she's just a kid. A very jenius imitator. Jika dia seperti itu, maka gw harus berkaca dan melihat ke diri gw sendiri, seberapa besar pengaruh diri gw terhadap perkembangan pribadinya. *tepok jidat*
Lalu ada R, ponakan cowok gw adeknya si U dan A. Ana bontot dan manja, hahahaha biasa sih. Baru masuk SD. Lumayan dekat ama gw, walo ketika TK nauzubillah nakalnya ampe gw habis ditabok-tabokin karena alasan ga jelas. Pokoknya liat gw mau nabok aja bawaannya -___-" But somehow keakraban bisa muncul dari hal-hal menyakitkan seperti itu, dan terbukti!:D
Kemudian si S, anak tunggal dari sodara gw yang lain. Setahun lebih muda dari M, also a very jenius imitator, dan juga bawel kayak emaknya, hahaha. Karena emaknya sering mudik, otomatis kami jadi sering bertemu, dia selalu bertemankan si M, dan selalu "cari ribut" ama gw, hahahahah. Bawelnya Subhanallah, pasti dapet dari gw ato emaknya nih -___-" Penggemar berat tombak bawang, brokoli dan pensi (kerang kecil2 yang direbus dan diberi bumbu). Makanan yang unik untuk anak seumuran dia :D
Lalu ada dua ponakan yang sangat amat jarang gw bisa temui. So sad, tapi mau gimana lagi. Pasangan ponakan gw ini tinggal bersama ibunya di Jawa dan sangat jarang sekali bisa mengunjungi kamu terkendala biaya transportasi yang mahal. Jadi untuk menghilangkan kerinduan, Ibu mereka sering mengirimkan poto-poto mereka. One more thing that also made me sad was the fact that they speak Javanese more fluently that Bahasa or Minangnese. Haruskah gw belajar bahasa Jawa dulu untuk bisa berkomunikasi dengan mereka?
Ah well, itu ponakan-ponakan gw. Pintar, bodoh, nakal, penurut, bawel, menjengkelkan, atau apapun sifatnya, mereka masih anak-anak. Peniru ulung. Jadi ingatlah jika ingin memarahi mereka karena sesuatu, pikirkan kembali darimana dan bagaimana sesuatu itu bisa terjadi. Sekali perkataan kasar terucap, tindakan kasar terlaksana, tak akan bisa ditarik, tak bisa di-undo, dan bisa saja tindakan itu mendorong masa depan anak-anak itu lebih dekat ke arah kesuraman.
Astaga gw lupaa! Ini postingan pertama gw setelah lebaran.
Selamat Idul Fitri temans! Maaf lahir batin yahh *ciyum satu-satu* :D