28 September, 2013

[Movie Review] Insidious; Chapter Two


Awalnya gue agak ragu-ragu untuk memutuskan nonton film ini. Pertama ya, karena ini film horror. I'm not quite fancy it. Yang kedua karena gue belom nonton filmnya yang pertama, which most of my friends were so fuss when they discussed about it. Jadilah, berangkat dari film chapter pertama yang katanya happening dimana-mana, gue memutuskan untuk langsung aja cut untuk nonton Insidious Chapter Two.

And yes, I was not alone.
Last Thursday, me and my workmates fixed our minds to watch this movie at the cinema near by our office in town. Kirain bakal banyak antrian, studio bakal penuh mengingat record history filmnya, but I was wrong. Antrian lantjar tjar tjar, seat pada jam itu cuma keisi 75% saja. Not bad for the 3rd day.

Lalu dimulailah masa menikmati detik demi detik semua adegan diwarnai teriakan tertahan atau jejeritan dari seat tetangga. Gue?

Di belasan sekian menit pertama emang rada horror bagi gue. Benda-benda yang bergerak sendiri, makhluk mistis yang muncul tiba-tiba lalu menghilang, setting scene yang selalu diset gelap minim pencahayaan, dan scene-scene khas film horror lainnya. Sedari awal gue emang ga tau cerita Insidious Chapter 2 maupun Chapter 1 ini tentang apa, gue sama sekali ga ingat untuk liat-liat trailer, jadi minim referensi. Apalagi intro film yg vintage sekali (gambar di atas muncul di intro dan ending film, perhatikan desain fontnya serta warna merah yang khas. Remember any similar horror movies? Ha-) diikuti dengan musik klasik yang membuat telinga berdenging. Jadi ekspektasi gue cerita ini bakal untuk bagus masih tinggi.

But then, no more surprise after 45 - 50 minutes the movie's rolling.
I was almost bored. I mean, gue udah bisa memahami arah ceritanya kemana. Taste horrornya udah agak luntur karena gampang diterka, menurut gue sih gitu. *my own opinion, okay? I was expecting higher and look what've I got* Cuma scoring music yang menyayat pilu di setiap scene horor yang masih bisa membuat merinding disko. Plus beberapa scene horror (kayak kamera yang dengan cepat dan presisi zoom in ke arah Ibunya Peter Crane kecil sempet bikin gw terkaget karena ga sengaja ngelihat langsung ke matanya).

Katanya The Conjuring juga disutradarai oleh orang yang sama dengan Insidious ini, ya? Abang James Wan kan ya? Well mungkin taste The Conjuring agak berbeda karena "based on true story" cukup memberikan pengaruh yang signifikan terhadap yang akan dan sedang menonton film tersebut. Dan gue juga beropini demikian.

My general review;
Gue tetep suka film ini, filmnya "clean" ga ada darah atau potongan tubuh manusia berceceran *bukan berarti gue anti yang begituan juga*, plotnya cepet, tau-tau udah mau dibunuh aja, tau-tau udah pindah alam aja, tau-tau udah mau abis aja filmnya. Lalu, kayaknya memang harus menonton prekuelnya agar bisa lebih memahami Chapter Two ini *salah gue sendiri, sih*

Still worth to watch.
Tapi kalo nonton bawa temen, ya. Jangan sendiri.
At least ada yang bisa diledekin buat alibi kalian menghindari dari melihat scene horornya.
*pengalaman, lol*

20 September, 2013

What's on Your Mind?


Lelaki 1
I really don't get this.
Nah, nobody would. Been here for couple years and I'm stucked in somewhere absurd in here without any certainty of my future ahead.
If they didn't keep my transcript,  I would be gone for good from the second month I arrived here.

I mean, come on, people.
At least this very-top-management could pay us a lil bit more attention than we can expect.
It would be funny if one of their employees hand over his/her resignation letter for a silly reason. Such as a very-less-almost-nothing appreciation from management to all of their human resources. They can't survive without us. Yet they act the contrary.

I really don't get this.

Lelaki 2
Both of my bosses aren't available so I must in charge for all of today's document?
Ohkay, not the first time though.
But first, I need to finish my business at campus.
Easy-easy~

Lelaki 3
Finally back to ma' duty..
I've missed this work-sphere so bad.
Lets see, what can I implement from my dissertation?
And oh, I see new faces!
Hmm..

Lelaki 4
The D day is just couple weeks to go.
I must make sure every little things are fully prepared.
It only happens one in ma life time, dude.
So it should be perfect.
Super perfect.
I gotta text my fiancee to synchronize some sched...

Lelaki 5
Lets see what movies playing this week.
Nicholas Cage, Matt Damon..
And what's this Azrax movie?
I will watch all trailers later on.

All of them
C'mon lets have some lunch.
Stummy can't wait longer.



Beautiful minds playing solo in each of their heads 
while their lips having their own chattering.
To kill some times.
Till they back to their tables and continue the duty.

19 September, 2013

Words That Never Tell


You are the sky of my skies,
The roots of my life’s tree,
Pages of my diary,
Main role in my life scenario.

I just want to be someone you can trust most,
Someone understand you better,
Someone beside you when in trouble,
Someone who falls for you too deep,
And hopefully as someone you fall in love with.

I just wanna be that man..

Unless you don’t feel the same,
I have no reason to make you look at me, a lil bit longer,
If it is that wrong to tell the truth,
Then I better shut these lips and heart for ever longer,
So shall the words drift away like never exist.

Then this is should be the story that never tells.


kayaknya puisi ama foto emang kurang nyambung, ya.
namun ga tau gw ngerasa sreg aja gitu, 
apalagi ketika gw sadari pada radius 25m,
ga ada orang yang duduk/sliweran di dekat si pemuda yang ada di foto, 
kecuali gw :)))
#PeopleAroundUs

16 September, 2013

Cepek Dulu,,

Nah lo mao ngapain coba.
Mau kejer-kejeran di perempatan kayak pes en purius kek, mau kek ninja nungguin magrib baru lewat kek.
Mau ngeles sepanjang jalan protokol sekalipun,

Ujung-ujungnya,,

Cepek dolo,

teteup...

*sisir kumis*

#PeopleAroundUs #DayKeSekian

12 September, 2013

Grandmom

I believe this is the best pic I had taken from all moments I had with her. The best-close up-old pic of my late grandmom, taken 2 years ago. I felt terribly bad for not having pic of us together. Damn you, self. We were having annual open house at her house, where we, her children, grand children and grand children's children to gather around, greet each other, enjoy the meals and laugh together as if tomorrows never came.

I remember once Mom said that Grandmom's sight couldn't work well anymore. She worked very hard relying on her hearing. And for me that was, amazing. She was 84 and still able to remember me, exactly on the first guess, by only hearing one sentence came through my mouth. And on every open house being held every year, that was one official thing I and we always did. To greet her, and then laughed since she greeted us back confidently and smiled very wide.

"Glad to have you here, kids."

And when we're about to share some THR to our nephews and nieces, you didn't wanna get left behind. You also got plenty of money to share to us. Us, including the adults, same amount for all. You gave me 50K, Nek, never changed since I was on college :))

"Glad to be here again, Nek."

Taken : Bukittinggi, 23 September 2011
Cam : Sony DSC-W35, 72 dpi, w/ additional resizing.
Nek, this year open-house was truly empty.
No more room where we, your children, your grand children and grand children's children willing to sit, gather around and spend some little time together. A little spare time among all the busiest days we have.
No more "talk-and-guess-who" chit chat, Nek.
And no more you.
That hurts the most.
In an early remembrance of one year passing
 of my beloved Granmom
(Oct 2012 - Oct 2013)

11 September, 2013

Idiotic Trisome Story-line

I found this idea is quite interesting, karena somehow nyambung dengan kerjaan free lance gw nge-life observing. Beda-nya, kerjaan gw itu absurd karena yang merekam imej-nya cuma mata dan otak gw, kebanyakan mengaksarakannya di twitter, banyak lupa untuk mendedikasikannya melalui lensa. Sedangkan proyek yang digaung-kan oleh Alex via kicauannya di twitter mengharuskan kita bercerita, dari sepotong citra. Bagi yang tertarik untuk ikutan, lengkapnya ada disini.

So, mulailah gw dengan menscroll-scroll beberapa candid pics folder di handphone dan laptop. Then, I will start with this.

Taken : Kuningan, Sept 02, 2012
Cam : Blackberry 9360; 2048 x 1536 pix; with additional re-sizing
Foto ini diambil di depan HO gw, setahun yang lalu.  Yang jadi objekan masi temen-temen seinstansi gw juga, namun hingga sekarang mereka bertiga masih gak tau kalo sudah diabadikan dengan pose seperti ini.

Awalnya mungkin, foto ini biasa saja. Namun thanks to pose mengagumkan temen gw yang paling kiri foto ini jadi sedikit berwarna. *lol*

What're possibly they doing?
Ada banyak cerita yang terpenetrasi dengan sempurna ke dalam otak ketika melihat gambar ini dengan seksama.

A. Dua lelaki yang memegang handphone adalah saudara seperguruan yang lama terpisah, tetiba dipertemukan takdir di Ibukota. Belum puas melepas rindu, mereka tak lupa untuk langsung tukeran pin bb, nomor hp, serta saling follow di cuider. Lalu lelaki terakhir yang juga teman dari keduanya datang menghampiri dengan niat mengajak untuk hang out ke warung jamu terdekat ber-dress code putih-putih melati alibaba, namun langkahnya berhenti begitu mengendus bau yang tidak mengenakkan arah tujuan dia berjalan. Dia terdiam, masih mengamati gerak gerik transaksi pertukaran pin bb yang tengah berlangsung sembari refleks menggerakkan kedua tangannya menutupi hidung dengan otak yang berpikir keras mencari tahu bau menyengat apa yang menggerogoti indera penciumannya? Hanya Tuhan dan Bang Vicky Prasetyo yang tahu.

B. Trio Libels Milenium ini datang ke kota untuk mengadu nasip. Ambisi terbesar mereka sama dengan penyanyi-penyanyi amatir kebanyakan; ketemu label besar, ditawari rekaman, bikin album, promo, dipanggil nyanyik di dahsyat dan inbox, mulai dikenal, dan syukses!
Modal nomer satu mereka gak neko-neko; suara merdu yang diyakini mampu menyaingi boiben-boiben yang tengah naik daun di Indonesia saat itu. Mereka adalah trio vokal, bukan boiben, tapi mereka bisa menari layaknya boiben jika dirasa harus. Hari itu dengan kompak beratasan putih, mereka berencana hendak mengunjungi salah satu kafe yang sangat terkenal di salah satu kawasan pergaulan di Ibukota. Mereka sudah diagendakan untuk perform sore itu selama untuk dua lagu, tentunya setelah berhasil melobi si manager kafe melalui teror sms, bbm dan mensyenan di twitter yang tak putus-putus selama beberapa minggu.
Akhirnya, krincingan cek, kantong asoy cek, akua cek, sisir cek, lipgloss cek. Ketika hendak menaiki kopaja menuju kafe yang dituju, terdengar deringan sms dari handphone mereka masing-masing. Lelaki pertama tidak yakin dengan apa yang tertera di layar handphonenya, maka lelaki kedua merogoh handphonenya dan membaca notifikasi yang muncul diikuti pandangan dari temannya yang lain.
Awalnya mereka bertiga saling liat-liatan sejenak, tertegun, lalu kembali menatap layar handphone dalam diam. Lelaki ketiga tidak mau mengeluarkan smsnya, alisnya mengkerut, kedua tangannya menutupi bibir yang sepertinya hendak mengeluarkan umpatan yang susah ditahan.
Sepertinya ada kabar buruk. Apakah statusasi mereka untuk perform terancam batal?
Apa pasal? Apakah Joged Caesar sebegitu teraktualisasi maksimal sehingga cukup dengan goyangan saja seseorang bisa meraup popularitas?
Entahlah, Tuhan Maha Tahu untuk yang satu itu.

imajinasi yang superb sekali :)))

C. Sederhana banget sih kalo yg ketiga ini, semua orang kayaknya refleks mikir kek gini begitu melihat foto :))
Lagi saling tuker-tukeran 3gp dan semacamnya gituhh lalu yang cowok yang ketiga kaget dan hendak menjerit namun jeritan tertahan oleh tangan yang udah duluan mencapai mulut. Pffttt...

Masih aaaada banyak versi cerita yang gw aksarakan, namun kasian mata kalian yang baca postingan ini pasti udah kebanyakan dikucek-kucek dan scroll2 mouse geregetan kapan postingan ini selesai. Yaudasik, tinggal klik alt + F4 ini kalo bocen. :)))

Day 1 Finished.
I'm improving, mates. Semoga masi ada Day 2, Day 3, Day 15, Day 20 daaan seterusnya :D